Mengapa Seseorang Bisa Menjadi Rakus?
Disclaimer: Aku bukan ahli ekonomi atau psikologi, dan tulisan ini murni dari sudut pandang pribadi berdasarkan observasi dan pengalaman sendiri.
Ketika mendengar kata "rakus," kita sering membayangkan seseorang yang tamak dan tidak pernah puas. Tapi, apakah semua orang yang menginginkan lebih bisa langsung disebut serakah? Menurutku, rakus bukan hanya soal sifat bawaan, tapi juga sesuatu yang terbentuk dari pengalaman hidup, lingkungan, dan cara seseorang memandang dunia.
Aku pernah merasakan hidup dalam keterbatasan—harus menghitung setiap rupiah yang dikeluarkan, menahan keinginan, dan menyadari bahwa tidak semua hal bisa didapatkan dengan mudah. Mungkin karena itu, aku bisa memahami kenapa ada orang yang dulunya kekurangan, lalu ketika akhirnya punya uang lebih, jadi seperti "balas dendam" dengan membeli banyak hal tanpa berpikir panjang. Sebaliknya, ada juga yang sejak kecil terbiasa bergelimang harta, tapi tetap merasa belum cukup—seakan dunia ini tidak pernah bisa memenuhi keinginannya.
Dari sini, aku mulai bertanya-tanya: apa yang sebenarnya membuat seseorang jadi rakus?
---
1. Apa Itu Rakus?
Rakus bisa diartikan sebagai keinginan berlebihan untuk memiliki sesuatu—bukan cuma makanan, tapi juga uang, kekuasaan, perhatian, bahkan validasi sosial. Tapi, nggak semua orang yang menginginkan lebih itu rakus. Ada yang ambisius dan ingin mencapai sesuatu, tapi tetap tahu batas.
Sebaliknya, rakus terjadi ketika seseorang tidak pernah merasa cukup dan terus menginginkan lebih, bahkan sampai mengorbankan orang lain atau dirinya sendiri.
Contoh:
Seorang bos yang sudah kaya tapi tetap memotong gaji karyawannya demi keuntungan pribadi.
Orang yang selalu haus perhatian sampai memanipulasi orang lain agar tetap diperhatikan.
Seseorang yang terus menimbun barang atau makanan, meskipun tahu tidak akan bisa menghabiskannya sendiri.
Tapi, kenapa orang bisa seperti ini?
---
2. Mengapa Orang Miskin Bisa Terlihat Rakus?
Ada anggapan bahwa orang miskin lebih rakus, tapi kalau kita lihat lebih dalam, ini lebih berkaitan dengan survival mode daripada keserakahan.
• Mentalitas Kelangkaan & Bertahan Hidup
Orang yang terbiasa hidup kekurangan sering mengembangkan pola pikir "ambil sebanyak mungkin selagi ada," karena mereka nggak tahu kapan kesempatan berikutnya datang.
Contoh pribadi:
Aku pernah makan di restoran prasmanan bareng seorang teman yang dulu hidupnya sulit. Saat aku mengambil porsi biasa, dia justru menumpuk piringnya dengan lauk dan nasi yang hampir meluap. Aku sempat bercanda, "Nanti kalau nggak habis, mubazir, loh." Dia hanya tersenyum kecil dan berkata, "Aku udah kebiasaan gini, takutnya nanti nggak ada lagi."
Ini bukan karena dia serakah, tapi karena trauma hidup susah.
• Ketidakpastian Ekonomi & Impulsivitas
Orang yang nggak punya jaminan finansial sering lebih impulsif dalam mengelola uang. Saat mendapat rezeki, mereka langsung menggunakannya karena takut kesempatan itu nggak datang lagi.
Contoh:
Aku pernah melihat seseorang yang baru mendapatkan uang dalam jumlah besar, tapi dalam waktu singkat menghabiskannya untuk barang-barang yang sebenarnya nggak terlalu dibutuhkan. Waktu kutanya, dia hanya bilang, "Dulu aku susah banget, sekarang aku mau menikmati hasilnya."
• Efek Trauma Kemiskinan
Orang yang pernah mengalami kemiskinan ekstrem sering membawa pola pikir ini bahkan setelah kondisi mereka membaik.
Contoh:
Ada seorang pengusaha sukses yang dulunya hidup miskin, tapi tetap hidup seperti orang kekurangan—menimbun barang, selalu khawatir kehabisan uang, dan sulit menikmati kekayaannya. Meski dia sudah kaya, pengalaman masa lalunya membuatnya selalu takut kehilangan segalanya.
---
3. Mengapa Orang yang Baru Kaya Bisa Menjadi Rakus?
Orang yang baru naik status ekonomi sering kali terlihat lebih konsumtif atau berlebihan.
• Mentalitas Kelangkaan → Mereka pernah hidup dalam keterbatasan, sehingga saat punya lebih, muncul pola pikir "ini kesempatan langka, harus diambil sebanyak mungkin."
• Kompensasi atas Masa Lalu → Beberapa orang merasa perlu "membayar" masa lalu mereka dengan membeli barang-barang yang dulu mereka impikan.
• Ketakutan Kehilangan Kekayaan → Mereka berusaha mengamankan atau menikmati kekayaan sebanyak mungkin sebelum "nasib buruk" datang.
• Pembuktian Diri & Status Sosial → Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka sudah sukses.
Contoh:
Aku punya kenalan yang dulu hidup dalam keterbatasan. Setelah sukses, dia rutin membeli barang mahal, meskipun nggak benar-benar butuh. Dia hanya berkata, "Dulu aku nggak bisa beli ini, jadi sekarang aku mau mencoba semuanya."
---
4. Kenapa Orang yang Terlahir Kaya Tetap Rakus?
Banyak yang berpikir, kalau sudah kaya, harusnya sudah cukup. Tapi kenyataannya, beberapa orang tetap merasa kurang.
Beberapa alasannya:
• Didikan & Lingkungan Kompetitif → Jika tumbuh di keluarga yang selalu menuntut lebih, mereka akan merasa bahwa kekayaan tidak pernah cukup.
• Ketakutan Kehilangan Privilege → Mereka melihat uang sebagai sumber utama keamanan.
• Nafsu Kekuasaan → Bagi sebagian orang, rakus bukan soal materi, tapi kontrol dan dominasi.
• Kurangnya Empati → Jika sejak kecil terbiasa mendapatkan segalanya tanpa batas, mereka sulit memahami batas kebutuhan.
Contoh:
Pernah dengar tentang miliarder yang tetap serakah meski sudah punya kekayaan triliunan? Mereka tidak lagi mengejar uang untuk hidup, tapi untuk menang dan berkuasa.
---
5. Kenapa Ada Orang yang Tidak Rakus?
Nggak semua orang yang pernah susah atau kaya mendadak jadi rakus. Beberapa alasannya:
• Pola Asuh & Nilai Hidup → Jika sejak kecil diajarkan untuk merasa cukup dan berbagi, mereka lebih puas dengan apa yang mereka punya.
• Kepribadian & Cara Pandang Hidup → Ada orang yang tidak terobsesi dengan materi dan lebih fokus pada kebahagiaan batin.
• Kesadaran akan Privilege → Beberapa orang kaya lebih memilih berbagi daripada menumpuk kekayaan.
Contoh:
Aku kenal seseorang yang sangat kaya, tapi gaya hidupnya sederhana. Waktu ditanya kenapa nggak beli barang mewah, dia hanya berkata, "Uang ini lebih baik aku pakai buat bantu orang lain."
---
Kesimpulan: Rakus Itu Bukan Soal Kaya atau Miskin
Pada akhirnya, rakus bukan hanya soal kondisi ekonomi, tapi bagaimana seseorang melihat hidup dan sumber daya.
Kemiskinan bisa memunculkan survival mode, sementara kekayaan bisa membuat seseorang ingin lebih karena faktor psikologis. Tapi tidak semua orang bereaksi sama.
Jadi, sebelum menghakimi seseorang sebagai "rakus," mungkin kita perlu memahami apa yang melatarbelakanginya.
Menurutmu, apa faktor paling berpengaruh dalam membuat seseorang menjadi rakus? Bagikan pendapatmu di kolom komentar!
Komentar
Posting Komentar